Kumpulan Berita Politik Terbaru Viral Dan Panas

Iklan

Ahok Minta Minoritas Tabah dan Tak Berkecil Hati

22 Agustus, 2019, 22.8.19 WIB Last Updated 2022-08-21T06:30:57Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau sering dipanggil Ahok meminta masyarakat minoritas di Indonesia untuk tidak emosi, tidak bersedih, tabah dan tidak berkecil hati.

Pernyataan atau wejangan teduh dari Ahok ini disampaikan saat menghadiri acara Seminar Wawasan Kebangsaan berjudul ‘Dari Aku untuk Indonesiaku’ yang diselenggarakan di Universitas Kristen Petra, Surabaya, Senin 19 Agustus 2019.

Belakangan ini kelompok minoritas sering menjadi korban penghinaan. Terakhir dengan munculnya video viral penghinaan simbol agama yang dilakukan oleh seorang pendakwah agama. Dan dengan congkaknya si penghina menganggap apa yang dia hina adalah sesuai perintah agamanya. Ia enggan meminta maaf.

Ahok BTP menyadari persoalan-persoalan minoritas di Tanah Air terkadang tidak adil dan menyesakkan. Namun dia meminta masyarakat untuk tetap saling berempati sebagai cara merajut kebangsaan.

“Kalau dulu dianggap orang minoritas, papa saya bilang kita orang Indonesia. Jangan pernah merasa minority inferiority,” kata Ahok.

Karena persoalan minoritas di Indonesia dinilainya sebagai propaganda yang dapat memecahkan bangsa.

“Kita harus tetap berdiri untuk ideologi kita, tapi juga kita mengenakan pada diri kita itu ada empati pada saudara kita. Mungkin dia tidak sadar bisa menghancurkan bangsa kita sendiri,” kata dia.

Dia meminta masyarakat harus membela kebenaran, keadilan dan kemanusiaan sebagai bagian mencintai negeri ini apapun keadaannya.

“Kita harus tetap katakan, kita tidak boleh tawar menawar NKRI, Pancasila, harus jelas,” kata Ahok.

Ahok yang menggunakan kemeja batik biru, disambut meriah seluruh mahasiswa UK Petra yang hadir dalam acara tersebut. Ada lebih 1.000 peserta lebih yang memadati Auditorium Kampus Petra hanya untuk bisa menyaksikan penampilan Ahok yang selama ini menjadi idola mereka.


Ahok bersama Buya Syafii Maarif di UK Petra Surabaya. Dibelakangnya Ribuan Peserta Seminar yang menghadirkan Ahok Sebagai Pembicara. (ist)

Kehadiran Ahok di acara tersebut menjadi pembicara bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 Ahmad Syafii Maarif dan mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila periode 2017-2018 Yudi Latief.

Ahok berterimakasih kepada civitas akademika UK Petra yang telah mengundang dirinya untuk datang ke Surabaya dan menceritakan pengalaman hidup.

Selain itu, Ahok juga berterimakasih kepada sosok ulama besar seperti Buya Syafii Maarif yang selalu membela Ahok ketika tersangkut kasus penistaan agama Islam.

“Terimakasih kepada seluruh civitas akademika yang undang saya. Terlebih di sini ada Buya Maarif yang selalu membela saya saat itu. Bukan bela saya sih, tapi membela kebenaran,” ujar Ahok sembari tertawa.

Selain itu, Ahok juga banyak menceritakan pengalamannya selama ditahan di Mako Brimob karena kasus penistaan agama pada tahun 2017.

Katanya, selama di Mako Brimob, banyak belajar dalam segala hal, utamanya dari sisi kemanusiaan dan bersosialisasi dengan orang lain.

“Saya itu masuk Mako sangat bersyukur, saya merasa tak ditahan. Tapi bersekolah. Karena banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Banyak sekali, mulai dari hal terkecil hingga yang menyangkut orang lain,” katanya.

Ia menyadari banyak hal yang dilakukan selama ini yang menurutnya baik, tapi kurang baik di mata orang lain, khususnya saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Terutama saat dirinya dicap double-minority oleh orang-orang yang tak suka padanya. Menurutnya, orang-orang Tionghoa tak boleh merasa lebih Minority as Inferiority.

“Kita tidak boleh merasa lebih wah daripada orang lain. Saya belajar banyak dari Mako Brimob. Orang Tionghoa Kristen itu tidak boleh merasa minority as inferiority,” ujar Ahok.

Meskipun pernah tersangkut masalah, ia berharap kepada generasi muda khususnya peranakan Tionghoa dan beragama non-muslim untuk tidak takut terjun ke dunia politik, apabila memiliki kemampuan yang bisa membawa perubahan terhadap negara Indonesia.

Menurutnya, bukan saatnya orang Tionghoa hanya berdagang, tapi waktunya mengabdikan diri ke negara dengan menjadi pejabat negara atau kepala daerah untuk memberi dampak signifikan terhadap majunya Indonesia.

“Anak muda-muda ini ngga usah takut untuk terjun ke dunia politik. Bukan saatnya lagi orang Cina berdagang. Masuk partai politik, berpolitik tidak masalah,” katanya. (tim)
Komentar

Tampilkan

Terkini

olahraga

+