Kasus pembunuhan Brigadir J dengan tersangka Ferdy sambo telah mengungkap satu fenomena menarik mengenai keberadaan geng di internal Polri yang sempat dikemukakan oleh Menko polhukam Bapak Mahfud MD.
Lantas, Mengapa fenomena Geng Ferdy Sambo itu bisa terjadi? Bapak Mahfud MD membeberkan sejumlah pernyataan menarik pasca kasus Ferdy sambo mulai terkuak.
Salah satunya adalah mengenai eksistensi geng di tubuh Polri. Bapak Mahfud MD juga mengaitkan kasus pembunuhan Brigadir J dengan keberadaan para geng pelaku yang diduga ditenggarai Ferdy Sambo, dengan ada upaya menghalangi proses pengungkapan kasus
.Dilansir Teras Gorontalo dari Antara, kasus pembunuhan Brigadir J sejak awal Pak Mahfud yakin kalau kasus ini bisa di ungkap asal kita kawal dan awasi para ranjau geng pelaku.
"Begitu juga dalam kasus pembunuhan Brigadir J ini, sejak awal saya yakin bisa diungkap asal dikawal dari ranjau pelaku" Kata Mahfud MD dikutip Teras Gorontalo dari Antaranews.com.
sebelumnya mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu juga mengemukakan istilah menarik yang juga masih memiliki korelasi dengan frasa geng yakni Sub Mabes di dalam Mabes seolah mengalir.
"Seperti sub-Mabes yang sangat berkuasa dan ini yang menghalangi-halangi sebenarnya," tutur Mahfud MD, sebagaimana dikutip Teras Gorontalo dari Depok.Pikiran-Rakyat.com.
Dilansir Teras Gorontalo dari Youtube Karebata, Mahfud MD juga menyatakan bahwa di Mabes Polri terdapat beberapa sub Mabes yang kemungkinan saling bersaing dan saling menyandera dibalik upaya pengungkapan kasus terbunuhnya Brigadir J dikarenakan kasus terbunuhnya Brigadir J sampai sejauh ini telah menyeret beberapa perwira tinggi sekaligus pejabat utama diturunkan.
Jika kita menafsirkan serangkaian pernyataan Pak Mahfud sepertinya turut membenarkan postulat yang beredar selama ini atas eksistensi kubu-kubu di internal Polri.
Termasuk sekelumit gambaran soal Bagaimana permainan mereka. Lantas Mengapa fenomena keberadaan gaming dapat terjadi di institusi penegak hukum seperti Polri .
Reinterpretasi seolah terbuka disaat Pak Mahfud melontarkan terminologi ranjau geng. Hal ini seketika membuka kembali sinyal elemen eksistensi beberapa geng saat pergantian Kapolri dari Jendral Idham Azis pada Penghujung 2020 lalu.
Ketika itu mendiang Neta S. Pane menyebut ada upaya suksesi Idham dengan membuka peluang kepada orang-orang kepercayaannya seperti Fadil Imran dan Ahmad Dofiri untuk menduduki posisi strategis poros tersebut banyak dibingkai dalam wacana yang berkembang sebagai poros geng Makassar.
Situasi Itu dinilai Neta Untuk menggeser kekuatan geng Solo yang terkoneksi dengan Presiden Joko Widodo sekaligus untuk memperkuat geng Makassar plus memberi peluang bagi geng Pejaten yang terkoneksi dengan Jenderal Budi Gunawan meskipun terdengar seperti menegangkan praktek nepotisme.
Praktek tersebut nyatanya memang harus dilakukan tak lain agar perumusan kebijakan yang efektif akan lebih mudah diimplementasikan apabila bekerjasama dengan pihak-pihak yang telah dipercayai sebelumnya paling tidak keputusan penunjukan Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri sukses.
Jenderal Idham Azis tampaknya mempengaruhi konstelasi aktor-aktor prominent atau aktor yang menonjol dalam geng lain untuk menepis sejenak.
Kalau Mahfud MD yang saat ini juga menjadi titik tolak ukur analisis ketika dalam sebuah kesempatan mengatakan kasus penembakan Brigadir J bukanlah kriminal biasa sebagaimana unggahan Youtube Karebata pada tanggal 23 agustus 2022
Menurutnya ada aspek Psikologi hirarki dan sikap politis yang membuat kasus ini sulit diungkap. Jika itu benar adanya dengan kondisi aparat penegak hukum yang memiliki karakteristik seperti yang dijabarkan di atas, Bagaimana negara memenuhi hakekatnya dalam sebuah kontrak sosial?
Bagaimana negara mampu memberikan rasa aman dan keadilan bagi masyarakatnya jika di internal penegak hukum saja itu tidak terjadi di atas gitu secara khusus dalam kasus Bapak Ferdy sambo ini.
Kami berharap dapat menjadi titik awal reformasi sesungguhnya bagi Polri kearah yang lebih baik sudah waktunya Polri membongkar habis para geng yang membangun sub Mabes di dalam internal polri.
Ini agar tidak saling menghalangi untuk kepentingan kelompoknya dan kembali kepada tujuan kepolisian itu sendiri untuk fokus mengayomi dan memberi rasa aman kepada masyarakat salam Tribrata catur Prasetya.***
Editor: Abdul Imran Aslaw
Sumber: Pikiran Rakyat Depok ANTARA YouTube