Kumpulan Berita Politik Terbaru Viral Dan Panas

Iklan

Sosok Ulama Kharismatik KH Maimoen Zubair, Ahli Fikih dan Penggerak Umat

24 Agustus, 2022, 24.8.22 WIB Last Updated 2022-08-24T02:01:58Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


 Innalillahi wa innaa ilaihi raajiun. Indonesia dan umat Islam kehilangan ulama besar atas wafatnya Kiai kharismatik KH Maimoen Zubair di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/8/2019). Kiai Haji Maimoen Zubair merupakan seorang alim, faqih (ahli fikih) sekaligus muharrik (penggerak). Selama ini, Kiai Maimoen (Mbah Moen) merupakan rujukan ulama Indonesia, dalam bidang fikih. Hal ini, karena Kiai Maimoen menguasai secara mendalam ilmu fikih dan ushul fikih. Kiai Maimoen merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di Tanah Hijaz (Arab). Dikutip dari NU Online, Kiai Maimonn lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Kiai sepuh ini, mengasuh pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Maimun merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih. Kiai Zubair merupakan murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky. Kedalaman ilmu dari orang tuanya, menjadi basis pendidikan agama Kiai Maimoen Zubair sangat kuat. Kemudian, ia meneruskan mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki. Pada umur 21 tahun, Maimoen Zubair melanjutkan belajar ke Makkah Mukarromah. Perjalanan ini, didampingi oleh kakeknya, yakni Kiai Ahmad bin Syuáib. Di Makkah, Kiai Maimoen Zubair muda mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syeikh Yasin Isa al-Fadani, Syeikh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya. Kiai Maimoen juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syeikh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain. Kiai Maimun juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya, kitab berjudul al-Ulama al-Mujaddidun.  Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kiai, Kiai Maimoen kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya. Pada 1965, Kiai Maimoen kemudian istikamah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats (tradisi/budaya) secara komprehensif. Selama hidupnya, Kiai Maimoen memiliki kiprah sebagai penggerak. Ia pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota MPR utusan Jawa Tengah. Kini, karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Kiai Maimoen Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Politik dalam diri Kiai Maimoen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialogkan Islam dan kebangsaan. Demikianlah, Kiai Maimoen merupakan seorang fakih sekaligus muharrik, pakar fikih. sekaligus penggerak. Lihat juga: Niat Mau Liputan ke Tempat Ini, Dua Mahsiswa Ini Malah Alami Hal Mengerikan



Komentar

Tampilkan

Terkini

olahraga

+