Pasca sidang kode etik dan diputuskan bersalah dalam kasus Brigadir J.
Nama Ferdy Sambo masih terus dibicarakan oleh publik.
Eks Kadiv Propam Polri tersebut masih menjadi buah bibir karena menjadi otak dari pembunuhan Brigadir J di rumah dinasnya.
Tak hanya Ferdy Sambo, Timsus Polri telah menetapkan empat tersangka lainnya, termasuk salah satunya Putri Candrawathi yang tak lain merupakan istri sang Jenderal.
Kasus Ferdy Sambo masih bergulir, ada juga kasus lain yang terus diungkap ke publik.
Kasus yang ikut menyeret nama Ferdy Sambo ini adalah terkait dengan penembakan 6 Laskar Front Pembela Islam (FPI) di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada 2020 silam.
Menurut Wasekjen Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin jika pihaknya mencurigai bahwa mantan Ketua Satgasus Merah Putih itu ingin melenyapkan Habib Rizieq.
Hal senada juga diutarakan oleh menantu Habib Rizieq, yakni Habib Hanif Alatas.
Menurutnya pada Minggu malam itu rombongannya berangkat dari Sentul, Jawa Barat menuju ke Karawang, Jawa Barat.
Tujuan perjalanan tersebut adalah salah satu vila.
Pasalnya Habib Rizieq suka pengajian dengan keluarga di vila.
Selain itu, tujuan perjalanan ini adalah untuk liburan dan beristirahat.
Karena vila tersebut adalah milik salah satu sahabat.
"Letaknya di kampung turis," kata sang menantu Habib Rizieq, dikutip dari YouTube Refly Harun.
Hanif mengatakan jika saat itu Habib Rizieq baru sembuh dari sakit dan butuh istirahat.
Maka dari itu, dipilihlah vila tersebut untuk beristirahat sambil pengajian dengan keluarga.
"Malam itu ada delapan mobil yang berangkat ke vila," ujarnya.
Kala itu, mobil laskar FPI berada dalam rombongan paling depan, diikuti dengan mobil Habib Rizieq, serta mobil Habib Hanif dan keluarga.
Kemudian, di belakangnya ada mobil salah satu ustadz yang ikut dari Mekah dan mobil keluarga Habib Rizieq yang lain.
Sementara, di rombongan paling belakang ada tiga mobil laskar FPI yang lainnya.
Ia mengaku jika alasan mereka memilih berangkat pada malam hari karena ingin menghindari kemacetan.
Saat tiba di Sentul, Hanif mengatakan sudah ada peristiwa yang mencurigakan.
Waktu itu ia melihat satu mobil yang standby menunggu di depan perumahan yang dihuni Habib Rizieq.
"Karena perumahan Sentul ini baru, Habib Rizieq nyicil itu untuk rumah pribadi. Kalau di Petamburan dan Megamendung sudah terlalu banyak tamu, beliau ingin ada rumah yang beliau bisa tenang bersama anak istri," ungkapnya.
"Dan orang belum tahu beliau punya rumah di Sentul. Dan beliau baru nempatin setelah pulang dari Saudi," kata dia.
"Artinya, memang beliau sendiri baru nempatin. Keluarga jauh pun belum tahu beliau punya rumah di Sentul," ucap Habib Hanif menambahkan.
Karenanya, ia merasa aneh apabila ada yang mengikuti Habib Rizieq sampai ke Sentul.
Bahkan, menurutnya ada drone yang berputar-putar di sekitar pemukiman mertuanya itu.
Habib Hanif curiga bahwa ada pihak berkuasa untuk menjangkau hal itu.
"Saya dapat laporan dari satpam bahwa mobil itu sudah lama standby disana. Setelah kami keluar dari perumahan seperti ada yang ikuti," kata Hanif.
"Plat-platnya disebutkan semua di kronologi walaupun setelah dicek, ternyata plat-plat itu gak ada. Plat-plat palsu semua," lanjutnya.
Habib Hanif mengungkapkan, kala itu tidak ada satu pun yang mengenakan seragam dinas.
"Kalau ada seragam aparatnya, kita tanya baik-baik ada apa diikuti. Kan simple. Kalau gak pakai seragam kan, siapa ini," tuturnya.
Ketika sudah sampai setengah perjalanan, ada sebuah mobil yang memepet rombongan Habib Rizieq.
Merasa dipepet, rombongan Habib Rizieq berusaha melajukan mobilnya lebih cepat.
"Begitu kita lebih cepat, dia buka kaca dan mengeluarkan tangan. Saya lihat ada tatonya. Tapi mukanya saya lupa, gak lihat jelas. Saya lupa karena itu malam, saya gak perhatian mukanya," ujarnya.
Menurut Habib Hanif, jenis mobil yang digunakan oleh pelaku berjenis SUV.
Lebih lanjut, menantu Habib Rizieq itu mengaku sudah menyampaikan kronologi tersebut ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan telah dirilis langsung oleh DPP FPI.
Habib Hanif mengatakan, saat orang yang ada di dalam mobil SUV itu membuka kaca, ia tidak ikut terpancing mengingat ada anggota keluarga yang lain, termasuk anaknya yang masih bayi.
Tak lama setelah mengacungkan jari, Habib Hanif menuturkan mobil berjenis SUV itu langsung keluar tol.
"Jadi malam itu kita, Habib Rizieq bersama keluarga, Umi, anak-anak, tujuh cucu beliau saat itu ikut semua. Anak saya dua, anak kakak ipar saya lima, kemudian perempuan ikut, putri beliau," ucapnya.
Ia menegaskan, apabila Habib Rizieq ingin berperang, tidak mungkin membawa keluarga dan cucu.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa laskar FPI dilarang membawa senjata tajam bahkan senjata api.
Ia pun berharap agar kasus KM 50 segera terbongkar dengan selebar-lebarnya.
"Insya Allah. Allah gak tidur. Dengan caranya Allah," tegas menantu Habib Rizieq itu.
Koboi Propam
Salah satu tugas dari seorang Kadiv Propam Polri adalah menyidangkan dan memecat anggota Polri.
Seperti itulah tugas Irjen Ferdy Sambo eks Kadiv Propam Polri yang kini jadi tersangka kasus pembunuhan ajudannya yakni Brigadir J.
Bak kena karma, Ferdy Sambo yang dulunya sering memecat anggota Polri, kini harus menghadapi sidang kode etik.
Bahkan putusan dari sidang kode etik Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J tak tanggung-tanggung.
Ferdy Sambo dijatuhi hukuman yakni Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dalam sidang kode etik tersebut.
Namun, tahukah kamu jika Irjen Ferdy Sambo adalah sosok yang sangat sadis dalam memeriksa seorang anggota Polri.
"Itu hal biasa kalau di ruangan Ferdy Sambo itu ada miras,"ujarnya.
Ia menceritakan jika ada salah satu kenalannya yang sempat diperiksa Ferdy Sambo sampai ketakutan.
"Kenalan saya itu kepala Bank. Ketika diperiksa sama Ferdy Sambo sampai pipis dicelana," kata dia.
"Sebab di sana dia main tembak sana sini saat periksa anggota, sambil mabuk. Kan bahaya ini, kalau kena orang bagaimana," kata Kamaruddin.
Saat ditanya bukti soal apa yang dikatakannya, Kamaruddin mengaku pernah melihat langsung dan sebagian lain dari informasi intelijennya.
"Informasi intelijen saya itu rata-rata 99 persen sempurna, atau dalam pengertian tidak meleset," aku dia.
"Contohnya saya katakan bahwa tanggal 11 Juli ada aliran dana dari rekening almarhum Brigadir J ke tersangka, ternyata memang benar kan dan diakui Kabareskrim serta Dirtipidum," tuturnya.
"Jadi bohong kalau dikatakan Mabes Polri tidak mengetahui itu. Suara letusannya aja kemana-mana kok," kata Kamaruddin.
Ia menambahkan jika ada pula seorang polwan berpangkat Kompol yang merupakan tetangganya.
Waktu itu sang polwan minta tolong karena diperiksa Irjen Ferdy Sambo
.Kamaruddin mengatakan jika polwan tersebut sangat ketakutan.
Hal ini karena Ferdy Sambo melakukan aksi koboinya.
Ferdy Sambo menembak kesana-kemari untuk menakuti sang polwan.
"Kalau dia lagi mabuk, salah tembakkan bahaya," ujarnya.
Kamaruddin menyatakan, di kubu Polri terdapat beberapa istilah yang disebut aliran pohon sebagai kode antar kubu.
"Ada aliran pohon nangka, pohon pisang, dan lainnya. Jadi, kalau jadi dia misalkan aliran pohon pisang, maka rantai pisang yang terus bergerak, ibarat gerbong kereta api, jadi sana itu ada gerbong-gerbong," aku dia.
"Jadi di sana itu, yang khususnya Akpol ya, ada bapak asuh, ada kakek asuh dan ada anak asuh serta cucu asuh," ujarnya.
"Nah itu mengalir terus ke bawah dan mereka ini sistemnya tercatat, ada catatan dan seterusnya," ujarnya.
Makanya, menurut Kamaruddin sesama Akpol sangat mudah mengintervensi perkara.
“Misalnya, abang ini akpol angkatan 2000, saya 2000 juga. Misalnya mengintervensi perkara di Papua, tinggal saya telepon saja satu angkatan, atur itu dulu ya, buat SP3 kalau mau SP3, kalau mau bikin terbukti, bikin terbukti," ujarnya.
"Ini kan tinggal mau arahnya aja kalau mau ke mana,” bebernya.
Menurut Kamaruddin dari jumlah personel Polri sekitar 450 ribu, jika bukan pimpinan dan dari Akpol, hanya menjadi pesuruh saja.
“Disuruh ngapain harus mau, karena nasib mereka ada di ujung pena. Kalau ada yang melawan pimpinan, pindah ke tempat yang kering, yang disana hanya makan sayur pahit dan bunga pepaya ibaratnya begitu," katanya.
Tetapi kalau pintar cari duit untuk bos, itu disebut tanaman keras, bisa dia sampai 20 tahun bisa kanit terus.
"Bahkan ada yang sudah 20 tahun kanit terus, dan gak mau pindah atau naik, karena basah dan pintar cari uang di sana,” tuturnya.
Menurut Kamaruddin informasi dari intelijennya menyebutkan bahwa Ferdy Sambo melakukan bisnis haram dengan para mafia bukan hanya lokal tapi juga antar negara.
Mulai dari bisnis narkoba, minuman keras hingga tempat hiburan malam.
“Bahkan intelijen saya itu menginfokan uang asing itu dibawa pakai pesawat angkut ke antar negara,” katanya.
Dibalik wajah yang cantik, ada kengerian yang tersaji dari Putri Candrawathi.
Yah, Putri Candrawathi adalah tersangka paling baru dari kasus pembunuhan Brigadir J.
Perannya mulai terungkap dalam kasus kematian Brigadir J di rumah Ferdy Sambo.
Bareskrim Polri akhirnya membuka peran dari Putri Candrawathi pada kematian Brigadir J.
Dari hasil penyelidikan terbongkar bahwa Putri Candrawathi adalah kra h yang mengajak Brigadir J ke tempat eksekusi.
Menurut Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto jika istri dari Ferdy Sambo ini ditetapkan tersangka setelah ikut berperan dalam pembunuhan Brigadir J.
Jenderal tiga bintang ini mengatakan jika Putri Candrawathi ikut masuk dalam skenario pembunuhan yang dibuat oleh Ferdy Sambo.
“Mengikuti skenario yang dibangun oleh FS,” ungkap Agus.
Ia menambahkan jika skenario tersebut terbongkar setelah pihaknya mendapatkan keterangan dari para saksi.
Alat bukti dan keterangan saksi ini sudah cukup untuk menetapkan Putri Candrawathi sebagai tersangka.
Menurutnya, berdasarkan fakta penyidikan, Putri terekam kamera CCTV berada di tempat kejadian perkara, baik sebelum, sesaat, maupun sesudah, penembakan Brigadir J.
Kamera dari pos satpam di seputar perumahan yang merekam kejadian tersebut.
“(Putri) ada di lantai tiga ketika Ricky dan Richard saat ditanya kesanggupan untuk menembak Almarhum Josua,” tuturnya.
Sebagai informasi, Polri telah menetapkan mantan Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi sebagai tersangka.
Polisi mengungkap peran Ferdy Sambo dan istrinya dalam kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Dalam kasus ini, Polri telah menetapkan 5 orang sebagai tersangka pembunuhan berencana Brigadir Yosua.
Diantaranya Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada E, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf.
Ferdy Sambo berperan memerintah Bharada E menembak Brigadir J dan merekayasa kasus tersebut.
Sedangkan Bharada RE berperan menembak Brigadir J.
Sementara Bripka RR dan KM berperan ikut membantu dan menyaksikan penembakan korban.
Kini Ferdy Sambo diduga menembak Yosua 2 kali.
1. Ferdy Sambo Suruh Bharada E Tembak Brigadir J
Kabareskrim Komjen Agus Andrianto mengungkap peran Irjen Ferdy Sambo di kasus tewasnya Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.
Dia mengatakan Ferdy Sambo menyuruh Bharada Richard Eliezer menembak Brigadir J.
"Menyuruh melakukan dan menskenario peristiwa seolah terjadi peristiwa tembak-menembak di rumah dinas Irjen Pol Ferdy Sambo di Duren Tiga," kata Komjen Agus.
2. Ferdy Sambo Rekayasa Skenario Kematian Brigadir J
Komnas HAM memeriksa Irjen Ferdy Sambo terkait kasus tewasnya Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.
Komnas HAM menyebut Ferdy Sambo mengaku bersalah merekayasa tembak-menembak antara Brigadir Yoshua dan Bharada Eliezer di rumah dinasnya.
"Dia mengakui bahwa sejak awal dialah yang melakukan langkah-langkah untuk merekayasa, mengubah, atau mendisinformasi beberapa hal sehingga pada tahap-tahap awal misalnya yang terbangun konstruksi peristiwanya tembak-menembak," kata Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik di Mako Brimob, Depok.
Dia mengatakan Ferdy Sambo juga mengakui skenario tembak-menembak itu dirancang oleh dirinya.
Taufan juga menyebut Irjen Ferdy Sambo mengakui bersalah.
"Tapi tadi diakuinya itu hasil rancangan dia sendiri dan dia mengakui dia bersalah dalam tindakannya yang merekayasa itu," ucapnya.
3. Ferdy Sambo Perintahkan Ambil CCTV Vital
Bareskrim Polri telah menemukan CCTV vital dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua atau Brigadir J.
Irjen Ferdy Sambo adalah orang yang memerintahkan pengambil CCTV tersebut.
Dirsiber Bareskrim Polri Brigjen Asep Edi Suheri dalam konferensi pers, mengaku Polri telah memeriksa sejumlah saksi terkait dugaan kasus merintangi penyidikan kasus pembunuhan Brigadir J.
Polisi membagi 5 klaster terkait penanganan kasus perintangan penyidikan, diantaranya pertama, klaster Kompleks Aspol Duren Tiga, polisi memeriksa 3 orang.
Klaster kedua pengambilan DVR CCTV, klaster yang ketiga adalah melakukan pemindahan transmisi dan melakukan perusakan.
Kemudian dalam klaster keempat terkait mereka yang memberi perintah.
Irjen Ferdy Sambo termasuk yang memerintahkan pemindahan dan perusakan CCTV tersebut.
"Dan klaster keempat adalah yang menyuruh melakukan. Begitu memindahkan dan perbuatan lainnya. Irjen FS, Brigjen HK, dan juga AKBP AN," ungkapnya.
Adapun pada klaster kelima, ada empat orang yang diperiksa, yaitu AKP DA, AKP RS, AKBP RRS, Bripda DR," ujarnya.
4. Ferdy Sambo Pakai Senjata Brigadir J Tembak Dinding
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan Irjen Ferdy Sambo menggunakan senjata Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J guna menembak dinding untuk merekayasa pembunuhan.
Irjen Ferdy Sambo dalam perkara ini telah ditetapkan sebagai tersangka.
5. Ferdy Sambo Ikut Tembak Yosua 2 Kali
Terungkap peran lain Irjen Ferdy Sambo di kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Ternyata Ferdy Sambo terlibat dalam penembakan Yosua.
Hal ini diungkap oleh Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
Taufan mengatakan peran Sambo ikut menembak Yosua berdasarkan pengakuan Bharada Richard Eliezer atau Bharada E saat diperiksa Komnas HAM.***