Kumpulan Berita Politik Terbaru Viral Dan Panas

Iklan

Yuk Kenalan dengan 3 Partai yang Menggugat KPU karena Tidak Lolos Ikut Pemilu 2024

21 Agustus, 2022, 21.8.22 WIB Last Updated 2022-08-21T14:27:41Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


 KPU sudah resmi menutup pendaftaran partai peserta Pemilu 2024. Hasilnya 24 Parpol lolos pendaftaran dan 16 Parpol yang belum beruntung karena berkas kurang lengkap.

Dari partai yang lolos tersebut, terdapat 9 partai yang punya berwakilan di parlemen, 6 partai gurem dan 9 partai baru.

Namun yang menarik di sini bukan partai yang lolos pendaftaran, melainkan partai yang tidak lolos dan tidak menerima takdir. Lalu menggugat keputusan KPU tersebut ke Bawaslu.

Partai apa sajakah itu?

Berikut diantaranya,

1. Partai Negara Daulat Indonesia (Pandai)

Partai ini memang kurang terkenal, tapi pendirinya sangat terkenal yakni Farhat Abbas.

Anggota dan pengurusnya pun bisa dibilang orang-orang kontroversial. Seperti ada Saipul Jamil, si jeruk minum jeruk alias LBGT.

Dia laki-laki tulen tapi doyan bercinta sama laki-laki pula.

Terakhir, ia masuk penjara karena mencabuli remaja pria.

Diketahui Uda Ipul divonis 8 tahun penjara oleh Majelis Hakim kala itu. Dan seharusnya ia bebas pada 2024 medatang. Namun karena berkelakuan baik selama di penjara plus tidak mengulangi lagi perbuatannya, ia dapat remisi cukup banyak yakni 30 bulan. Hingga menghirup udara bebas pada September 2021.

Pertanyaannya, orang kayak gini jadi pengurus Partai Pandai?

Kalau Farhat jadi presiden, kura-kura dia cocok jadi menteri apa ya?

Menteri Pertahanan. Hehehe

Sosok kontroversi berikutnya yang diajak Farhat bergabung ke Partai Pandai adalah dr Louis Owien.

Si dokter yang tidak terdaftar di IDI ini dan tidak mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) kala itu sempat menghebohkan publik lantaran tidak percaya adanya Kovid.

Ia pun sempat dicyduk polisi kala itu karena menyebarkan hoax terkait Korona.

Gak kebayang kalau si dokter ini jadi Menteri Kesehatan. Bisa-bisa jumlah yang meninggal karena Korona lebih banyak lagi. Karena bagaimana dia mau menganjurkan masyarakat untuk taat Prokes dan mau divaksin kalau dirinya sendiri saja tidak percaya Korona itu ada.

Sementara Farhat, kita tahu sendiri kontroversinya apa, doyan nyinyir. Mulai dari Ahok, Ahmad Dhani dan Caisar pernah menjadi korban nyinyirannya.

Termasuk Soimah turut dinyinyirin oleh mantan suami penyanyi tembang kenangan Nia Daniati itu.

Dan nyinyiran Farhat ini bisa dibilang sudah melampaui batas. Masa Goyang Caesar yang begitu viral kala itu dikatakannya goyang bencong?

Kan gak ada akhlak itu namanya.

Emang Caisar sama dengan Saipul Jamil apa?

Tidak ferguso. Hehehe

Jadi dengan pengurusnya seperti ini, yang lebih banyak mudharat daripada manfaatnya, seluruh warga negara Indonesia patut bersyukur Partai Pandai tidak lolos menjadi peserta Pemilu 2024.

2. Partai Berkarya

Sama seperti NasDem dan Gerindra, partai ini adalah pecahan Golkar. Penyebab berdirinya partai-partai tersebut juga beragam. NasDem berdiri lantaran Surya Paloh kalah nyalon Ketum Golkar. Gerindra berdiri karena Prabowo gagal diusung sebagai Capres oleh Golkar. Dan Partai Berkarya berdiri karena Tommy Soeharto gagal terpilih jadi Ketua Umum Golkar.

Nah partai ini sempat mau mengusung Tommy sebagai Capres 2019. Namun, jangankan mau ngusung kader sendiri, ikut Pemilu 2019 saja Partai Berkarya ngos-ngosan.

Lagian juga, si Tommy ini kan masa lalunya kelam banget alias penuh dengan kejahatan. Ia pernah terlibat dalam pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita, korupsi, memiliki senjata api ilegal, menghindari penahanan, menghadirkan pendukung bayaran untuk mengintimidasi hakim, saat masuk penjara ditahan di sel mewah, menimbun kekayaan dala jumlah besar dengan memanfaatkan pengaruh ayah-nya, punya anak di luar nikah, dll.

Melihat politisi yang punya masa lalu begituan, sebenarnya patut bersyukur juga sih Tommy gak jadi nyapres 2019.

Karena baru bapaknya saja yang jadi presiden, dia sudah berbuat semena-mena terhadap orang lain begitu parahnya. Apalagi kalau dia-nya yang jadi presiden benaran. Bisa-bisa lebih sadis dari penguasa Orba itu kelakuannya.

3. Partai Pelita

Partai ini didirikan oleh Din Syamsuddin, yang juga dikenal sebagai tukang nyinyir.

Si Din ini juga diem-diem ngebet pengen berkuasa. Terbukti, dulu (2018) dirinya menyatakan siap jadi Cawapres Jokowi.

Hanya saja ambisinya tersebut dikandaskan oleh Ma'ruf Amin yang pengaruhnya lebih besar dari dia.

Itulah kenapa ia sekarang doyan nyinyirin Jokowi. Karena gagal terpilih jadi Cawapres mantan Walikota Solo tersebut.

Ini ibarat ada seorang cowok naksir sama cewek. Namun karena si cowok itu gak menarik sama sekali, ditolak-lah dia. Dan bukannya ngaca atau introspeksi diri, ia malah menjelek-jelekkan si cewek yang sebelumnya dia taksir tersebut.

Kan gak ada akhlak itu namanya.

Nah ,ternyata diam-diam Din pengen nyapres juga, lewat Partai Pelita ini.

Akan tetapi, jangankan mau nyapres, partainya saja kagak lolos administrasi. Sehingga berkasnya dikembalikan oleh KPU.

Lantas, apa yang menjadi dasar mereka mengajukan gugatan tersebut?

Kalau Partai Berkarya sih belajar dari pengalaman masa lalu. Kalau itu (pada Pemilu 2019) partai ini juga tidak lolos administrasi. Namun setelah mereka mengajukan gugatan, auto dikabulkan oleh Bawaslu sehingga bisa ikut Pemilu.

Harapannya kejadian di masa lalu bisa terulang lagi di masa sekarang yakni gugatan Partai Berkarya dikabulkan oleh Bawaslu.

Sementara, partai Pandai mengajukan gugatan ke Bawaslu dengan alasan waktu yang disediakan KPU untuk mengunggah berkas ke akun Sistem Informasi Partai Politik (SIPOL KPU) terbatas.

Ketika berkasnya sudah lengkah, eh waktu untuk mengunggah berkas sudah habis.

Sedangkan Partai Pelita merasa sudah melengkapi semua berkas namun masih gak diloloskan juga oleh KPU.

Hanya saja dengan segala alasan itu, tentu tidak akan membuat Bawaslu langsung percaya saja. Bukti-bukti yang diajukan oleh partai-partai tersebut-lah yang akan dijadikan pertimbangan dalam mementukan gugatan diterima atau tidaknya.

Sepertinya bakal seru juga nih menyaksikan trio; Tommy Soeharto, Farhat Abbas dan Din SyamsuDin berkolaborasi melawan keputusan KPU.

Semoga tidak ada drama terzalimi di sana.

Komentar

Tampilkan

Terkini

olahraga

+