Saat ini publik tengah menyoroti Komnas HAM dalam menyikapi kasus pembunuhan Brigadir J.
Pasalnya, meski penyelidikan soal pelecehan seksual terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi sudah dihentikan, namun Komnas HAM memaksakan jika adanya peristiwa itu.
Sebelumnya pihak Bareskrim Polri menklarfikasi terkait skenario pelecehan seksual sehingga membuat Putri Candrawathi menjadi tersangka.
Namun Ketua Komnas HAM Taufan Damanik mengeluarkan pernyataan jika Putri Candrawathi dilecehkan.
Hal ini pun turut ditanggapi oleh ahli hukum tata negara Refly Harun.
Refly Harun mempertanyakan alasan Komnas HAM yang mempertahankan argumen bahwa motif pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo Cs karena pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi.
Parahnya lagi, keterangan tersebut kata Refly Harun didasari oleh para tersangka yang punya peran bersama Ferdy Sambo, yakni Susi, Kuat Maruf dan Bripkan Ricky Rizal.
"Tapi maksud saya memang agak aneh kalau dilandaskan pada kesaksian itu begitu saja," kata Refly Harun, dilansir Teras Gorontalo dari Seputar Tangsel.
Padahal rekomendasi Komnas HAM terkait pelecehan terhadap Putri Candrawathi ini sendiri sudah ditanggapi oleh Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni dan mantan Kabareskrim Polri Komjen (Purn) Susno Duadji.
Refly Harun menduga rekomendasi pelecehan seksual sebagai motif pembunuhan Brigadir J ini adalah misi agar Ferdy Sambo bisa selamat dari jeratan hukum.
"Sebenarnya sangat mengherankan ketika Komnas HAM kok ngotot dan memasukan bagian dari rekomendasi soal pelecehan itu. This is the question, why? (Ini adalah pertanyaan, mengapa)," ujarnya.
"Karena pertama, itu spekulatif dan dia memeriksa orang-orang yang berada dalam satu kubu yang punya kepentingan untuk menyelamatkan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi," kata Refly Harun menambahkan.
Ia juga kembali menyinggung tentang rekomendasi Komnas HAM dalam kasus penembakan 6 laskar FPI di KM 50 Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
"Komnas HAM juga membuat sebuah rekomendasi yang menurut saya agak aneh ketika dia meng-underlined soal kepemilikan senjata api dan juga soal penyerangan terhadap petugas," ucapnya, dikutip SeputarTangsel.com dari kanal YouTube Refly Harun pada Rabu, 7 September 2022.
Sebelumnya, Ahmad Taufan Damanik meminta agar Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) tidak mencampuri rekomendasi penyelidikan Komnas HAM terkait pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi.
Ia juga meminta agar LPSK tidak mengomentari tugas pokok dan fungsi (tupoksi) lembaga lainnya, termasuk Komnas HAM.
Menurut Taufan, lembaganya telah melakukan penyelidikan dan menyimpulkan adanya dugaan kuat bahwa istri Ferdy Sambo dilecehkan.
Hal ini disimpulkan setelah Komnas HAM memeriksa empat saksi dengan dibantu oleh dua ahli psikologi.
Diketahui pada kasus ini Putri Candhrawathi dinyatakan sebagai tersangka karena sebelumnya sudah mengetahui rencana Ferdy Sambo untuk menghabisi ajudan kesayangan mereka, yaitu Brigadir J.
Pada rekonstruksi pembunuhan Brigadir J, para tersangka yakni Bharada E, Ferdy Sambo, Om Kuat, Bripka Ricky dan Putri Candrawathi melakukan beberapa adengan secara detail.
Dalam reka adegannya, Ferdy Sambo tampak duduk di sofa rumahnya.
Pada momen inilah Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi duduk berdampingan.
Awalnya Putri Candrawathi tampak tertunduk lesu ketika sang suami, Ferdy Sambo sedang berbincang dengan para penyidik.
Ketika melihat sang istri tertunduk, Ferdy Sambo langsung memeluk Putri Candrawathi.
Mendapati pelukan ini, Putri Candrawathi langsung menangis.
Tak hanya memeluk, Ferdy Sambo juga terlihat mencium samping kepala istrinya tersebut.
Pada beberapa saat Putri Candrawathi terlihat seperti meminta maaf dan menangis.
Setelah itu Ferdy Sambo tampak melanjutkan serangkaian reka adegan lainnya.
Tak lama kemudian Putri Candhrawathi tampak keluar dari ruangan meninggalkan Ferdy Sambo bersama para penyidik setelah melakukan serangkaian reka adegan yang masuk dalam kronologi penembakan Brigadir J.
Ferdy Sambo Tersenyum
Mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo melakukan adegan rekonstruksi kasus pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J dengan kondisi tangan terikat.
Ferdy Sambo dihadirkan dengan mengenakan baju tahanan seperti tiga tersangka lainnya yakni Bharada E, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Maruf.
Tampak tulisan 'Tahanan Bareskrim Polri' pada baju bagian belakang yang dikenakan jendral bintang dua itu.
Raut wajah Sambo terlihat sangat tenang dan sesekali tersenyum saat menjalani rekonstruksi.
Adapun adegan yang diperagakan oleh Sambo merupakan peristiwa yang terjadi di rumah pribadinya di Jalan Saguling, Jakarta Selatan.
Ferdy Sambo mengawali reka adegan itu dengan berjalan ke arah dalam rumah.
Kemudian, ia terlihat duduk di sebuah ruangan.
Rekonstruksi peristiwa yang terjadi di Magelang, Jawa Tengah sebelumnya telah diperagakan oleh Putri Candrawathi bersama Bharada E, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf.
Diketahui, rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J digelar di rumah Saguling, Duren Tiga, hingga di Magelang, Jawa Tengah.
Total ada 78 adegan yang akan digelar di rekonstruksi yang digelar hari ini Selasa 30 Agustus 2022.
"Reka ulang meliputi peristiwa yang terjadi di rumah Magelang, rumah Saguling dan rumah Duren Tiga meliputi 78 Adegan," kata Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi.
Andi menyebut dari 78 adegan itu, sebanyak 16 di antaranya akan dilakukan di rumah Magelang.
Adegan itu meliputi peristiwa pada tanggal 4, 7 dan 8 Juli 2022.
Isu Selingkuh dengan Om Kuat
Hari ini Bareskrim Polri resmi melakukan rekonstruksi pembunuhan terhadap Brigadir J.
Namun, ada fakta paling baru terungkap dari kasus kematian Brigadir J di rumah Ferdy Sambo.
Fakta ini diungkapkan oleh mantan kuasa hukum Bharada E yakni Deolipa Yumara.
Dikutip dari kanal YouTube TV One, Deolipa Yumara membongkar tentang kesaksian Bharada E mengenai hubungan tak biasa Kuat Ma'ruf dan Putri Candrawathi.
Menurut Deolipa, jika Bharada E menduga jika ada sesuatu yang tak biasa dari Om Kuat dan Putri Candrawathi saat di Magelang.
Bahkan, Bharada E menduga jika Om Kuat dan Putri Candrawathi sudah melakukan hubungan layaknya suami istri.
"Jadi Bharada E atau Eliezer ini kan bilang, dan dia sudah merasakan. Eliezer ngomong 'Saya curiga bang, itu si Kuwat ada main sama Putri'. Oh pantes, jawab saya," kata Deolipa.
Maka dari itu, Deolipa Yumara pun menduga jika pembunuhan Brigadir J tak lain adalah skema menyembunyikan hubungan terlarang Putri Candrawathi dan Om Kuat.
"Jangan sampai nantinya, motif pembunuhan ini karena Yosua melecehkan Putri di Magelang, gak ada itu bohong kalau itu," ujarnya.
"Yang ada adalah saat di Magelang itu, Kuwat dan Putri lagi making love, lalu ketahuan Yosua. Makanya Yosua yang dikejar dan dincar," kata Deolipa.
Hal ini kata Deolipa, diperkuat fakta, dimana saat dipergoki Brigadir J, Putri Candrawathi langsung menelepon Bharada E dan Bripka Ricky yang sedang mengantar makanan ke anaknya di sekolah Taruna Nusantara.
Sementara Om Kuat menelepon Ferdy Sambo
.Kuat Ma'ruf dan Putri kata Deolipa kompak melakukan itu untuk membuat skenario agar Ferdy Sambo marah dan memberikan 'pelajaran' ke Brigadir J.
"Jadi begitu ketahuan, itu makanya Putri nelpon Bripka RR lewat Bharada E, sementara Kuwat menelpon ke Sambo," ucapnya.
"Tujuannya menyamakan persepsi mereka disana, begini begini begini, agar hubungan Kuwat dan Putri gak tercium Ferdy Sambo," tuturnya.
"Jadi seolah-olah Brigadir J pelaku pelecehannya. Jadi Yosua ini adalah korban," tegas Yumara.
Menurut Deolipa, adanya dugaan hubungan asmara antara Om Kuat dan Putri Candrawathi terjadi, karena Kuat Ma'aruf sudah lebih 10 tahun menjadi sopir Putri Candrawathi.
"Om Kuat ini ikut mereka sudah 10 tahun lebih sejak Ferdy Sambo masih AKBP. Ini kan orang dari Brebes, ikut Sambo sejak AKBP disana," katanya.
Deolipa Yumara menjelaskan dengan adanya pengaduan Om Kuat ke Ferdy Sambo yang menyatakan bahwa Brigadir J sudah melecehkan Putri Candrawathi, membuat Ferdy Sambo murka dan marah.
Editor: Gian Limbanadi
Sumber: YouTube Refly Harun